Banyuwangi mendeklarasikan anti narkoba, Sabtu
(27/2) pagi. Para pelajar dan seluruh elemen masyarakat secara serempak
menyatakan 'say no to drugs' dalam acara yang digelar di Gesibu
Blambangan itu. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas turut hadir
bersama seluruh anggota Forum Pimpinan Daerah.
Dalam deklarasi tersebut ditegaskan bahwa para
pelajar se-Kabupaten Banyuwangi bersepakat mendukung pemberantasan dan
penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Banyuwangi dan memberikan contoh
hidup sehat tanpa menggunakan obat-obatan terlarang. Sebagai generasi
emas Banyuwangi, para pelajar juga menolak penggunaan narkoba dengan
memfokuskan pada belajar dan mencetak prestasi. Mereka juga menyatakan
kesanggupannya untuk tidak coba-coba dan terpengaruh narkoba serta siap
melaporkan jika mengetahui dan melihat adanya narkoba di Banyuwangi.
Usai deklarasi, Bupati melakukan penandatanganan gerakan anti narkoba
sekaligus melepas balon sebagai tanda dimulainya gerakan tersebut.
Di depan para deklarator, Anas mengatakan apresiasinya yang mendalam
atas kegiatan tersebut. "Kami sangat mengapresiasi kegiatan yang
positif ini. Saya yakin yang datang kesini adalah anak-anak baik.
Anak-anak yang baik tidak hanya peduli pada dirinya sendiri, tapi juga
kepada lingkungan dan orang-orang di sekitarnya," kata Anas.
Anas juga mengingatkan agar para pelajar tak salah dalam bergaul.
Sekali salah pilih teman, ujar Anas, bisa menjerumuskan ke jalan yang
salah pula. "Para pengedar narkoba ini juga terus mencari mangsa.
Sekarang bukan hanya di kota-kota besar saja yang jadi sasaran.
Anak-anak muda di desa-desa pun jadi incaran. Karena itu
pandai-pandailah menentukan lingkungan pergaulan," pesannya.
Senada dengan bupati, Kapolres Banyuwangi AKBP Bastoni Purnama juga
menegaskan, narkoba menjadi musuh bersama tak hanya di Indonesia saja
tapi juga dunia. "Apa yang kita lakukan hari ini adalah kegiatan
preventif atau pencegahan. Generasi muda kita harus aware terhadap
penyalahgunaan narkoba ini. Mereka harus membentengi diri agar tak
sampai jadi korban," tutur Bastoni.
Di Banyuwangi sendiri, lanjut Bastoni, sosialisasi, penyuluhan dan
razia terus dilakukan dengan gencar oleh pihaknya. "Ini semata-mata agar
anak-anak muda paham dampaknya," cetus Bastoni.
Bastoni juga membeberkan tingkat peredaran narkoba di Banyuwangi.
Tahun 2015 saja, terang Bastoni, ada 100 pelaku narkoba yang ditangkap
di Banyuwangi. Mereka ada yang berperan sebagai pemakai, penjual,
pengedar bahkan pemilik pabriknya. Dari 100 orang yang tertangkap
tersebut, 20 persen diantaranya adalah pelajar. “Karena itu masalah ini
menjadi concern kita bersama. Ke depan Badan Narkotika Nasional juga
siap berkoordinasi dengan Polres dan Pemkab untuk memerangi masalah
ini,” pungkas Bastoni. (Humas & Protokol)
Sabtu, 27 Februari 2016
Kamis, 25 Februari 2016
Pantau Banyuwangi Discovery, Bupati Anas Jadi Rebutan Foto Selfie
Setelah mendulang sukses pada gelarannya tahun lalu, event Banyuwangi Discovery
kembali digeber di Taman Blambangan Banyuwangi, Kamis (25/2). Sebuah
event yang melibatkan pelajar sekolah dasar (SD) yang bertujuan
mengedukasi generasi muda Banyuwangi untuk mengenali daerahnya dengan
segala potensi di dalamnya. Event tersebut diikuti sebanyak empat belas
ribu pelajar SD dari seluruh penjuru Bumi Blambangan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan event ini merupakan upaya Pemkab Banyuwangi untuk mengenalkan lingkungan dan pendidikan kepada anak-anak. Sekaligus, lanjutnya, untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan pemkab dengan cara yang tepat dan menyenangkan untuk anak-anak sesusia mereka.
“Kami ajak anak-anak mengenal daerahnya melalui tebak gambar dan mengisi TTS seputar potensi Banyuwangi. Mulai budaya, kuliner, destinasi wisata hingga program-program daerah. Cara inilah yang tepat, karena anak-anak tidak mungkin disuruh mendengarkan pidato. Selain juga untuk mentrasformasi gagasan besar ke dalam gagasan kecil,” kata Bupati Anas usai berkeliling Taman Blambangan memantau pelaksanaan Banyuwangi Discovery.
Ada yang menarik saat Bupati Anas berkeliling memantau acara ini. Bagai seorang artis dadakan, suami Ipuk Fiestiandani ini menjadi rebutan semua pengunjung untuk di ajak ber-selfie. Mulai dari pelajar, guru hingga orang tua yang mengantarkan putra-putrinya.
“Pak Anas, Pak Anas...saya minta foto bareng ya,” pinta Adelia Kurniandari, pelajar kelas V salah satu peserta Banyuwangi Discovery.
Tak hanya Adelia, guru-guru pendamping pun banyak yang curi-curi moment mengambil foto bupati satu anak ini. “Mumpung ketemu Pak Anas, minta foto yuk. Jarang lho, bisa ketemu gini,” ujar Siswati (43).
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiono, menyampaikan anak-anak perlu diajarkan cinta tanah air agar rasa memilikinya terhadap Banyuwangi tumbuh sejak dini. “Dengan begitu, mereka akan semakin bangga menjadi bagian dari masyarakat Banyuwangi. Berbekal kebanggaan itu, semangat membesarkan Banyuwangi akan semakin tinggi. Inilah bekal membangun Banyuwangi semakin baik,” ungkap Sulihtiyono saat membuka event uji wawasan pelajar itu.
Event yang diadakan di kali ketiga ini diikuti pelajar SD kelas 4, 5, dan 6. Kegiatan ini, imbuh Sulih, berlangsung mulai pukul 08.00 – 10.00 WIB. Saat peserta mengerjakan teka-teki tersebut, mereka disuguhi hiburan gratis yang ditampilkan oleh pelajar yang punya keterampilan khusus dari sekolah-sekolah di Banyuwangi. Mulai dari tari-tarian, lagu-lagu, fashion show dari bahan recycle dan masih banyak lagi. Selain itu juga ada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Dinas Kesehatan yang memberikan pemeriksaan gratis kepada pelajar dan pengunjung yang datang. (Humas & Protokol)
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan event ini merupakan upaya Pemkab Banyuwangi untuk mengenalkan lingkungan dan pendidikan kepada anak-anak. Sekaligus, lanjutnya, untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan pemkab dengan cara yang tepat dan menyenangkan untuk anak-anak sesusia mereka.
“Kami ajak anak-anak mengenal daerahnya melalui tebak gambar dan mengisi TTS seputar potensi Banyuwangi. Mulai budaya, kuliner, destinasi wisata hingga program-program daerah. Cara inilah yang tepat, karena anak-anak tidak mungkin disuruh mendengarkan pidato. Selain juga untuk mentrasformasi gagasan besar ke dalam gagasan kecil,” kata Bupati Anas usai berkeliling Taman Blambangan memantau pelaksanaan Banyuwangi Discovery.
Ada yang menarik saat Bupati Anas berkeliling memantau acara ini. Bagai seorang artis dadakan, suami Ipuk Fiestiandani ini menjadi rebutan semua pengunjung untuk di ajak ber-selfie. Mulai dari pelajar, guru hingga orang tua yang mengantarkan putra-putrinya.
“Pak Anas, Pak Anas...saya minta foto bareng ya,” pinta Adelia Kurniandari, pelajar kelas V salah satu peserta Banyuwangi Discovery.
Tak hanya Adelia, guru-guru pendamping pun banyak yang curi-curi moment mengambil foto bupati satu anak ini. “Mumpung ketemu Pak Anas, minta foto yuk. Jarang lho, bisa ketemu gini,” ujar Siswati (43).
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiono, menyampaikan anak-anak perlu diajarkan cinta tanah air agar rasa memilikinya terhadap Banyuwangi tumbuh sejak dini. “Dengan begitu, mereka akan semakin bangga menjadi bagian dari masyarakat Banyuwangi. Berbekal kebanggaan itu, semangat membesarkan Banyuwangi akan semakin tinggi. Inilah bekal membangun Banyuwangi semakin baik,” ungkap Sulihtiyono saat membuka event uji wawasan pelajar itu.
Event yang diadakan di kali ketiga ini diikuti pelajar SD kelas 4, 5, dan 6. Kegiatan ini, imbuh Sulih, berlangsung mulai pukul 08.00 – 10.00 WIB. Saat peserta mengerjakan teka-teki tersebut, mereka disuguhi hiburan gratis yang ditampilkan oleh pelajar yang punya keterampilan khusus dari sekolah-sekolah di Banyuwangi. Mulai dari tari-tarian, lagu-lagu, fashion show dari bahan recycle dan masih banyak lagi. Selain itu juga ada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Dinas Kesehatan yang memberikan pemeriksaan gratis kepada pelajar dan pengunjung yang datang. (Humas & Protokol)
Bupati Anas Pantau Banyuwangi Discovery
Disambut ribuan pelajar Sekolah Dasar (SD) dari seluruh penjuru
Kabupaten Banyuwangi, Bupati Abdullah Azwar Anas datang memantau
pelaksanaan Banyuwangi Discovery. Acara yang dihelat di Taman
Blambangan, Kamis pagi (25/2) tersebut merupakan kerjasama Dinas
Pendidikan dan Radar Banyuwangi serta melibatkan beberapa pihak lintas
sektoral.
Seusai
dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Sulihtiyono, Bupati yang hadir
mendapat kehormatan untuk melakukan penyerahan koran soal secara
simbolis kepada peserta. Kemudian, Anas bersama dengan ratusan siswa
foto bersama ditengah lapangan. Lalu, dilanjutkan dengan memantau
pelaksanaan Banyuwangi Discovery disekeliling Taman Blambangan.
Kegiatan-kegiatan demikian, menurut Anas, merupakan usaha untuk mentransformasi gagasan besar dalam bentuk-bentuk kecil. “Ini juga untuk mentransformasi gagasan besar, dari pusat atau dari daerah sendiri, dengan ragam kegiatan,” imbuhnya.
Selain lomba mengerjakan soal-soal, para siswa SD juga bisa menampilkan beragam aktraksi. Seperti penampilan band, musik angklung, peragaan busana dari bahan daur ulang, pencak silat, dan beragam tari-tarian. (Humas Protokol)
Kegiatan-kegiatan demikian, menurut Anas, merupakan usaha untuk mentransformasi gagasan besar dalam bentuk-bentuk kecil. “Ini juga untuk mentransformasi gagasan besar, dari pusat atau dari daerah sendiri, dengan ragam kegiatan,” imbuhnya.
Selain lomba mengerjakan soal-soal, para siswa SD juga bisa menampilkan beragam aktraksi. Seperti penampilan band, musik angklung, peragaan busana dari bahan daur ulang, pencak silat, dan beragam tari-tarian. (Humas Protokol)
Rabu, 24 Februari 2016
Kabupaten Madiun dan Kota Padang Kunker ke Banyuwangi
Berbagai keberhasilan yang telah dicapai Kabupaten
Banyuwangi menjadikan daerah di ujung paling timur Pulau Jawa ini
jujugan daerah lain yang ingin belajar. Sebanyak 50 orang dari satuan
kerja Kabupaten Madiun berkunjung ke Bumi Blambangan ini, Rabu (24/2),
untuk mempelajari lebih jauh bagaimana Banyuwangi mengelola keuangan
desa.
Ketua rombongan sekaligus Asisten I Kabupaten Madiun, Wahyuwono Widoyo Edy, mengatakan pihaknya mendengar bahwa Banyuwangi sudah kian baik dalam pengelolaan dana desanya, baik sistem maupun implementasinya.
“Atas dasar itu, kami datang kemari untuk menggali bagaimana kiat-kiat Banyuwangi mengembangkan dan menjalankan sistem pengelolaan keuangan desa. Sehingga dengan pengelolaan keuangan yang benar, perbaikan ekonomi desa akan merata. Apalagi, pembangunan desa saat ini menjadi fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo. Yakni membangun dari pinggiran,” kata Wahyu di Lounge Pelayanan Publik Pemkab Banyuwangi.
Sementara itu, Asisten Pembangunan dan Kesra Kabupaten Banyuwangi, Wiyono, menyambut hangat kedatangan rombongan yang terdiri dari Asisten Sekda, camat, sekretaris camat (sekcam), dan kasi pemerintahan kecamatan tersebut.
Wiyono menyampaikan untuk penguatan administrasi keuangan desa, Pemkab Banyuwangi telah merancang manajemen keuangan desa yang bernama e-Village Budgeting (e-VB) dan e-Monitoring System (e-MS) yakni sebuah sistem pengawasan elektronik. Dua sistem tersebut, lanjutnya, bertujuan menghindarkan desa dari masalah hukum, dan mampu memberdayakan masyarakat desa. Tak hanya itu, sistem ini juga mensinkronkan sumber pendapatan desa dari APBN, APBD Kabupaten dan bagi hasil pajak, serta retribusi daerah.
“e-VB merupakan sistem keuangan desa seperti Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD), tapi berlaku untuk desa dan terhubung langsung dengan BPM-PD dan BAPPEDA,” beber Wiyono.
Jadi, tuturnya, apabila ada bantuan dari kabupaten ke desa, nanti akan langsung terpantau secara online, dan untuk mengaksesnya tidak perlu jauh-jauh datang ke kabupaten, cukup dengan sekali klik saja. Ini berguna untuk memotong mata rantai keuangan yang panjang dari desa ke kabupaten.
Sedangkan, e-MS dicontohkan Wiyono, apabila camat tinjau lapang ke desa untuk melihat perbaikan jalan. Mereka akan mengambil fotonya mulai dari 0 persen ( kondisi jalan belum diperbaiki) hingga 100 persen (jalan telah selesai diperbaiki).
“Nantinya hasil foto tersebut akan diunggah dalam google map. Sehingga kondisi jalan tersebut bisa diketahui khalayak luas, utamanya pihak-pihak terkait yang mengawasi jalannya proyek tersebut. Ini untuk menghindari duplikasi bangunan yang di-SPJ-kan double,” kata Wiyono
Mengingat pentingnya e-VB dan e-MS, imbuh Wiyono, pemkab mewajibkan para kades dan perangkat desa melek information technology (IT). “Sistem ini penting untuk monitoring. Karena itu perangkat desa harus bisa IT. Paling tidak, ada tim IT khusus di tiap-tiap desa. Jika sewaktu-waktu BPK turun ke desa untuk ngecek apakah bansos jalan atau tidak, perangkat desa bisa mengoperasikannya,” pungkas Wiyono.
Selain Kabupaten Madiun, di waktu yang bersamaan Kota Padang juga berkunjung ke Banyuwangi untuk belajar tentang optimalisasi penguatan peran unsur di Sekretariat Daerah untuk melaksakan program pemerintah, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, serta penerapan Sistem Informasi Perencanaan, Penganggaran dan Laporan (SIMRAL). Sedikitnya ada 11 orang ikut dalam rombongan yang dipimpin langsung Asisten I Kota Padang,Vidal Triza. (Humas & Protokol)
Ketua rombongan sekaligus Asisten I Kabupaten Madiun, Wahyuwono Widoyo Edy, mengatakan pihaknya mendengar bahwa Banyuwangi sudah kian baik dalam pengelolaan dana desanya, baik sistem maupun implementasinya.
“Atas dasar itu, kami datang kemari untuk menggali bagaimana kiat-kiat Banyuwangi mengembangkan dan menjalankan sistem pengelolaan keuangan desa. Sehingga dengan pengelolaan keuangan yang benar, perbaikan ekonomi desa akan merata. Apalagi, pembangunan desa saat ini menjadi fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo. Yakni membangun dari pinggiran,” kata Wahyu di Lounge Pelayanan Publik Pemkab Banyuwangi.
Sementara itu, Asisten Pembangunan dan Kesra Kabupaten Banyuwangi, Wiyono, menyambut hangat kedatangan rombongan yang terdiri dari Asisten Sekda, camat, sekretaris camat (sekcam), dan kasi pemerintahan kecamatan tersebut.
Wiyono menyampaikan untuk penguatan administrasi keuangan desa, Pemkab Banyuwangi telah merancang manajemen keuangan desa yang bernama e-Village Budgeting (e-VB) dan e-Monitoring System (e-MS) yakni sebuah sistem pengawasan elektronik. Dua sistem tersebut, lanjutnya, bertujuan menghindarkan desa dari masalah hukum, dan mampu memberdayakan masyarakat desa. Tak hanya itu, sistem ini juga mensinkronkan sumber pendapatan desa dari APBN, APBD Kabupaten dan bagi hasil pajak, serta retribusi daerah.
“e-VB merupakan sistem keuangan desa seperti Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD), tapi berlaku untuk desa dan terhubung langsung dengan BPM-PD dan BAPPEDA,” beber Wiyono.
Jadi, tuturnya, apabila ada bantuan dari kabupaten ke desa, nanti akan langsung terpantau secara online, dan untuk mengaksesnya tidak perlu jauh-jauh datang ke kabupaten, cukup dengan sekali klik saja. Ini berguna untuk memotong mata rantai keuangan yang panjang dari desa ke kabupaten.
Sedangkan, e-MS dicontohkan Wiyono, apabila camat tinjau lapang ke desa untuk melihat perbaikan jalan. Mereka akan mengambil fotonya mulai dari 0 persen ( kondisi jalan belum diperbaiki) hingga 100 persen (jalan telah selesai diperbaiki).
“Nantinya hasil foto tersebut akan diunggah dalam google map. Sehingga kondisi jalan tersebut bisa diketahui khalayak luas, utamanya pihak-pihak terkait yang mengawasi jalannya proyek tersebut. Ini untuk menghindari duplikasi bangunan yang di-SPJ-kan double,” kata Wiyono
Mengingat pentingnya e-VB dan e-MS, imbuh Wiyono, pemkab mewajibkan para kades dan perangkat desa melek information technology (IT). “Sistem ini penting untuk monitoring. Karena itu perangkat desa harus bisa IT. Paling tidak, ada tim IT khusus di tiap-tiap desa. Jika sewaktu-waktu BPK turun ke desa untuk ngecek apakah bansos jalan atau tidak, perangkat desa bisa mengoperasikannya,” pungkas Wiyono.
Selain Kabupaten Madiun, di waktu yang bersamaan Kota Padang juga berkunjung ke Banyuwangi untuk belajar tentang optimalisasi penguatan peran unsur di Sekretariat Daerah untuk melaksakan program pemerintah, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, serta penerapan Sistem Informasi Perencanaan, Penganggaran dan Laporan (SIMRAL). Sedikitnya ada 11 orang ikut dalam rombongan yang dipimpin langsung Asisten I Kota Padang,Vidal Triza. (Humas & Protokol)
Pidato Perdana Bupati Membawa Berkah bagi PKL
Sebanyak 15 Pedagang Kaki Lima (PKL) yg biasa
berjualan di sekitar kota Banyuwangi ini benar benar beruntung, karena
mereka diundang secara khusus oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar
Anas.
Mereka di-booking untuk menyediakan makan siang bagi seluruh undangan yang hadir dalam rangka pidato perdana bupati & wakil bupati Banyuwangi, hari ini, Rabu (24/2) di Pendopo Shaba Swagata Blambangan.
Rasa bahagia itu diungkapkan oleh Ropik, salah satu pedagang bakso. Sehari-hari Ropik yang asal Kecamatan Songgon ini berjualan bakso keliling di seputaran wilayah Kota Banyuwangi. “Saya senang dan bangga diundang di pendopo ini. Selain bisa melihat bupati dari dekat, dengan berjualan disini, dagangan saya bisa habis lebih cepat. Biasanya sampai sore atau malam baru habis, disini tidak sampai setengah hari semuanya ludes terjual,”ungkap Ropik yang diminta menyiapkan 300 porsi bakso.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Joni dan Heri yang sehari - hari berjualan es campur dan pangsit mie ayam di sebelah timur Stadion Diponegoro. Mereka berterimakasih kepada Bupati Anas yang mengundang para PKL yang ada di sekitar kota. " Saya berharap bupati bersedia mengundang kita lagi di setiap acara, " kata Heri.
Pada acara pidato perdananya di pendopo kabupaten ini, bupati sengaja mengundang para PKL di sekitar kota. Menu yang ditawarkan pun beragam. Ada sate, soto ayam, mie ayam, gado-gado, bakso, es degan, es buah dan es campur.
Dijelaskan oleh Kepala Bagian Humas & Protokol Pemkab Banyuwangi, Djuang Pribadi, dalam acara-acara pemkab biasanya disiapkan makanan prasmanan yang dipesan dari catering. Namun kali ini karena undangan jumlahnya ribuan, agar lebih praktis ditempuh cara ini. “Ini kami maksudkan untuk pemberdayaan PKL. Selain itu, beragam menu yang disiapkan memudahkan para undangan untuk memilih makan siang sesuai keinginannya,” tuturnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar seribu orang dari berbagai elemen. Diantaranya dari unsur Asosiasi Koperasi, AKRAB, KTNA, TAGANA, Asosiasi Peternakan, unsur Organisasi Wanita, organisasi kesehatan, Organisasi Kepemudaan dan tokoh olah raga. Juga ada para veteran, pensiunan PNS/wredatama, kepala UPTD Pendidikan dan kesehatan se kabupaten Banyuwangi, Kepala Sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK Negeri/Swasta se Kabupaten Banyuwangi. (Humas & Protokol)
Mereka di-booking untuk menyediakan makan siang bagi seluruh undangan yang hadir dalam rangka pidato perdana bupati & wakil bupati Banyuwangi, hari ini, Rabu (24/2) di Pendopo Shaba Swagata Blambangan.
Rasa bahagia itu diungkapkan oleh Ropik, salah satu pedagang bakso. Sehari-hari Ropik yang asal Kecamatan Songgon ini berjualan bakso keliling di seputaran wilayah Kota Banyuwangi. “Saya senang dan bangga diundang di pendopo ini. Selain bisa melihat bupati dari dekat, dengan berjualan disini, dagangan saya bisa habis lebih cepat. Biasanya sampai sore atau malam baru habis, disini tidak sampai setengah hari semuanya ludes terjual,”ungkap Ropik yang diminta menyiapkan 300 porsi bakso.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Joni dan Heri yang sehari - hari berjualan es campur dan pangsit mie ayam di sebelah timur Stadion Diponegoro. Mereka berterimakasih kepada Bupati Anas yang mengundang para PKL yang ada di sekitar kota. " Saya berharap bupati bersedia mengundang kita lagi di setiap acara, " kata Heri.
Pada acara pidato perdananya di pendopo kabupaten ini, bupati sengaja mengundang para PKL di sekitar kota. Menu yang ditawarkan pun beragam. Ada sate, soto ayam, mie ayam, gado-gado, bakso, es degan, es buah dan es campur.
Dijelaskan oleh Kepala Bagian Humas & Protokol Pemkab Banyuwangi, Djuang Pribadi, dalam acara-acara pemkab biasanya disiapkan makanan prasmanan yang dipesan dari catering. Namun kali ini karena undangan jumlahnya ribuan, agar lebih praktis ditempuh cara ini. “Ini kami maksudkan untuk pemberdayaan PKL. Selain itu, beragam menu yang disiapkan memudahkan para undangan untuk memilih makan siang sesuai keinginannya,” tuturnya.
Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar seribu orang dari berbagai elemen. Diantaranya dari unsur Asosiasi Koperasi, AKRAB, KTNA, TAGANA, Asosiasi Peternakan, unsur Organisasi Wanita, organisasi kesehatan, Organisasi Kepemudaan dan tokoh olah raga. Juga ada para veteran, pensiunan PNS/wredatama, kepala UPTD Pendidikan dan kesehatan se kabupaten Banyuwangi, Kepala Sekolah SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK Negeri/Swasta se Kabupaten Banyuwangi. (Humas & Protokol)
Pidato Pertama, Bupati Anas Urai Tantangan Banyuwangi ke Depan
Ada tantangan besar yang akan dihadapi Banyuwangi ke depan. Tidak
hanya tantangan yang bersifat lokal, namun tantangan dalam skala
nasional, bahkan internasional. Hal ini disampaikan Abdullah Azwar Anas
dalam pidato resmi pertama sebagai bupati Banyuwangi di Pendopo Shaba
Swagata Blambangan, Rabu pagi (24/2).
Di hadapan ribuan elemen masyarakat Banyuwangi, mulai dari Forpimda, SKPD, Camat dan Kepala Desa se-Banyuwangi yang didampingi oleh istri masing-masing, serta berbagai unsur lainnya, Anas menguraikan lima tantangan besar yang akan dihadapi Banyuwangi.
Tantangan pertama yang menjadi sorotan Anas adalah ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Angka disparitas yang terjadi di Indonesia cukup mencolok. Anas mengutip presentase penguasaan kekayaan di Indonesia yang 60 persennya hanya dikuasai oleh satu persen penduduk saja. “60 persen kekayaan di Indonesia ini hanya dikuasai oleh satu persen orang saja. Sementara yang 40 persen diperebutkan oleh 99 persen penduduk lainnya. Hal ini termasuk juga di Banyuwangi. Maka ke depannya, harus kita pecahkan bersama,” papar Anas.
Infrastruktur juga menjadi tantangan yang mendapat perhatian Anas. Posisi Indonesia yang masih tertinggal dalam persaingan global dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, menurut Anas, harus dikejar dengan peningkatan infrastruktur. Pembangunan sarana transportasi, irigasi, dan akses internet menjadi program prioritas yang akan dikembangakan Anas. Tidak hanya di kota, namun pembangunan infrastruktur tersebut , juga harus menyentuh desa-desa terpencil sekalipun.
Selanjutnya, Anas menjadikan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Menurut Anas, SDM adalah bekal penting untuk Banyuwangi menghadapi persaingan yang lebih luas. Oleh karena itu, investasi dalam bidang pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan SDM. “Ada 1,1 Triliyun anggaran yang diinvestasikan Banyuwangi untuk pendidikan,” ujar Anas.
Anggaran yang hampir mencapai separo dari APBD Kabupaten Banyuwangi tersebut adalah untuk mendukung penduduk Banyuwangi mendapatkan pendidikan yang baik. “Kami memberikan beasiswa Banyuwangi cerdas untuk para mahasiswa miskin dan pintar. Ke depan, kami juga akan memberikan beasiswa untuk pelajar difabel,” ungkap Anas.
Selain itu, dalam pengembangan SDM , Anas juga menyiapakan program Banyuwangi Emas. Di mana dalam program tersebut, Anas memberikan perhatian dalam menyiapkan generasi emas Banyuwangi. Pendidikan pra nikah, pendidikan ibu hamil, parenting, bahkan sampai PAUD akan menjadi perhatian dalam program Banyuwangi Emas.
Meningkatnya penggunaan narkoba juga menjadi tantangan yang akan dihadapi oleh Banyuwangi. Anas berkomitmen untuk melakukan perlawanan terhadap tindak penyalahgunaan Narkoba. Ia tidak akan mentolerir pejabat birokrasi yang kedapatan menggunakan narkoba. Dalam perlawanan menghadapi Narkoba itu, Anas juga mengapresiasi kinerja kepolisian dalam menanggulangi Narkoba dan menindak tegas anggotanya yang menggunakan obat-obat terlarang tersebut.
Bidang kebudayaan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi Banyuwangi. Anas mengingatkan, kebudayaan tidak semata bentuk kesenian dengan beragam bentuknya, akan tetapi kebudayaan adalah sebuah sistem dan tradisi yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. “Kebudayaan tidak hanya tari, nyanyian atau festival, tetapi, mengutip pendapat Koentjoroningrat, kebudayaan adalah sistem, tradisi yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat,” ujar Anas.
Oleh karena itu, Anas mengingatkan kepada semua masyarakat Banyuwangi untuk dapat beradaptasi dalam tiap perkembangan budaya global. Tentu, dengan tidak tercerabut dengan akar budayanya masing-masing. (Humas)
Di hadapan ribuan elemen masyarakat Banyuwangi, mulai dari Forpimda, SKPD, Camat dan Kepala Desa se-Banyuwangi yang didampingi oleh istri masing-masing, serta berbagai unsur lainnya, Anas menguraikan lima tantangan besar yang akan dihadapi Banyuwangi.
Tantangan pertama yang menjadi sorotan Anas adalah ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Angka disparitas yang terjadi di Indonesia cukup mencolok. Anas mengutip presentase penguasaan kekayaan di Indonesia yang 60 persennya hanya dikuasai oleh satu persen penduduk saja. “60 persen kekayaan di Indonesia ini hanya dikuasai oleh satu persen orang saja. Sementara yang 40 persen diperebutkan oleh 99 persen penduduk lainnya. Hal ini termasuk juga di Banyuwangi. Maka ke depannya, harus kita pecahkan bersama,” papar Anas.
Infrastruktur juga menjadi tantangan yang mendapat perhatian Anas. Posisi Indonesia yang masih tertinggal dalam persaingan global dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, menurut Anas, harus dikejar dengan peningkatan infrastruktur. Pembangunan sarana transportasi, irigasi, dan akses internet menjadi program prioritas yang akan dikembangakan Anas. Tidak hanya di kota, namun pembangunan infrastruktur tersebut , juga harus menyentuh desa-desa terpencil sekalipun.
Selanjutnya, Anas menjadikan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Menurut Anas, SDM adalah bekal penting untuk Banyuwangi menghadapi persaingan yang lebih luas. Oleh karena itu, investasi dalam bidang pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan SDM. “Ada 1,1 Triliyun anggaran yang diinvestasikan Banyuwangi untuk pendidikan,” ujar Anas.
Anggaran yang hampir mencapai separo dari APBD Kabupaten Banyuwangi tersebut adalah untuk mendukung penduduk Banyuwangi mendapatkan pendidikan yang baik. “Kami memberikan beasiswa Banyuwangi cerdas untuk para mahasiswa miskin dan pintar. Ke depan, kami juga akan memberikan beasiswa untuk pelajar difabel,” ungkap Anas.
Selain itu, dalam pengembangan SDM , Anas juga menyiapakan program Banyuwangi Emas. Di mana dalam program tersebut, Anas memberikan perhatian dalam menyiapkan generasi emas Banyuwangi. Pendidikan pra nikah, pendidikan ibu hamil, parenting, bahkan sampai PAUD akan menjadi perhatian dalam program Banyuwangi Emas.
Meningkatnya penggunaan narkoba juga menjadi tantangan yang akan dihadapi oleh Banyuwangi. Anas berkomitmen untuk melakukan perlawanan terhadap tindak penyalahgunaan Narkoba. Ia tidak akan mentolerir pejabat birokrasi yang kedapatan menggunakan narkoba. Dalam perlawanan menghadapi Narkoba itu, Anas juga mengapresiasi kinerja kepolisian dalam menanggulangi Narkoba dan menindak tegas anggotanya yang menggunakan obat-obat terlarang tersebut.
Bidang kebudayaan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi Banyuwangi. Anas mengingatkan, kebudayaan tidak semata bentuk kesenian dengan beragam bentuknya, akan tetapi kebudayaan adalah sebuah sistem dan tradisi yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. “Kebudayaan tidak hanya tari, nyanyian atau festival, tetapi, mengutip pendapat Koentjoroningrat, kebudayaan adalah sistem, tradisi yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat,” ujar Anas.
Oleh karena itu, Anas mengingatkan kepada semua masyarakat Banyuwangi untuk dapat beradaptasi dalam tiap perkembangan budaya global. Tentu, dengan tidak tercerabut dengan akar budayanya masing-masing. (Humas)
Banyuwangi Susun Program Optimalkan Usia Emas Anak
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi meningkatkan
kapasitas sumberdaya manusia (SDM) dengan melibatkan para kepala desa
dan istrinya. Instrumen perangkat desa itu akan disinergikan dengan
Posyandu, Puskesmas, Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan, dan Kantor
Urusan Agama (KUA) Kementerian Agama.
”Fokusnya adalah bagaimana memaksimalkan golden period anak, terutama usia 0-5 tahun. Itu yang akan menentukan tumbuh-kembang anak, sangat berpengaruh pada masa depan anak,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat mengumpulkan kades beserta istrinya, Rabu (24/2).
Pemkab Banyuwangi kini sedang menyinergikan program-program lintas elemen itu. Programnya adalah pendidikan pra-nikah, pendidikan ibu hamil, ilmu parenting (ilmu tentang pengasuhan dan pendidikan anak), hingga pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini (PAUD). Parenting dinilai penting karena ada interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak, mulai memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak.
”Modul parenting-nya disiapkan oleh Dinas Pendidikan. Nanti KUA fokus ke pendidikan pranikah pada aspek ilmu membina dan mendidik keluarga dari sisi agama. Puskesmas dan Posyandu ke aspek kesehatan ibu hamil dan balita, termasuk pemberian makanan tambahan untuk pemenuhan gizi. Dinas Pendidikan nanti intervensi ke PAUD-PAUD. Modul yang berisi segala sesuatu, A sampai Z, tentang anak dan cara mendidiknya bakal disebar ke Posyandu-Posyandu, kantor desa, dan tempat-tempat publik,” kata Anas.
Dia mengatakan, Pemkab Banyuwangi memaksimalkan lembaga yang sudah ada untuk menggenjot program ini. ”Itulah mengapa kami ajak kades dan para istrinya, karena mereka berperan sampai ke tingkat bawah di masyarakat,” kata Anas.
Pemkab Banyuwangi juga melibatkan tokoh agama agar menyebarkan materi khutbah terkait pentingnya pendidikan anak. ”Kami sudah bicara dengan para tokoh dari berbagai agama. Nanti di masjid, kiai bisa khutbah soal pendidikan anak. Begitu pula di gereja, pendeta bisa menyampaikan materi itu. Para pedanda juga ikut menyampaikan ke umat Hindu,” kata Anas.
Program pendidikan pranikah sampai anak usia emas 5 tahun ini, kata Anas, bisa dikatakan tidak sepopulis seperti program-program lain yang dijalankan Pemkab Banyuwangi, seperti pemberdayaan PKL, pelatihan UMKM, beasiswa, dan pembangunan infrastruktur. ”Tapi ini jadi salah satu fokus utama kami. Hasilnya tidak kelihatan langsung. Ini adalah investasi jangka panjang. Wajah Banyuwangi masa depan, 30 tahun lagi, ditentukan oleh anak-anak ini, karena itu kami ingin golden period anak ini bisa dioptimalkan,” kata Anas.
Dia menambahkan, Pemkab Banyuwangi kini mengoptimalkan Posyandu untuk bisa terintegrasi dengan PAUD. Saat ini sudah ada 275 Taman Posyandu, yaitu Posyandu yang terintegrasi dengan PAUD dan Bina Keluarga Balita. ”Tahun ini Taman Posyandu kami tingkatkan, targetnya 325 Taman Posyandu. Alokasi dana untuk pengembangan PAUD tahun ini Rp 24,7 miliar yang merupakan sinergi pemerintah daerah dan bantuan pusat. Tengah tahun nanti akan kami tambah anggaran itu saat penyusunan APBD Perubahan,” kata Anas. (Humas
”Fokusnya adalah bagaimana memaksimalkan golden period anak, terutama usia 0-5 tahun. Itu yang akan menentukan tumbuh-kembang anak, sangat berpengaruh pada masa depan anak,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat mengumpulkan kades beserta istrinya, Rabu (24/2).
Pemkab Banyuwangi kini sedang menyinergikan program-program lintas elemen itu. Programnya adalah pendidikan pra-nikah, pendidikan ibu hamil, ilmu parenting (ilmu tentang pengasuhan dan pendidikan anak), hingga pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini (PAUD). Parenting dinilai penting karena ada interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak, mulai memberi makan (nourishing), memberi petunjuk (guiding), dan melindungi (protecting) anak.
”Modul parenting-nya disiapkan oleh Dinas Pendidikan. Nanti KUA fokus ke pendidikan pranikah pada aspek ilmu membina dan mendidik keluarga dari sisi agama. Puskesmas dan Posyandu ke aspek kesehatan ibu hamil dan balita, termasuk pemberian makanan tambahan untuk pemenuhan gizi. Dinas Pendidikan nanti intervensi ke PAUD-PAUD. Modul yang berisi segala sesuatu, A sampai Z, tentang anak dan cara mendidiknya bakal disebar ke Posyandu-Posyandu, kantor desa, dan tempat-tempat publik,” kata Anas.
Dia mengatakan, Pemkab Banyuwangi memaksimalkan lembaga yang sudah ada untuk menggenjot program ini. ”Itulah mengapa kami ajak kades dan para istrinya, karena mereka berperan sampai ke tingkat bawah di masyarakat,” kata Anas.
Pemkab Banyuwangi juga melibatkan tokoh agama agar menyebarkan materi khutbah terkait pentingnya pendidikan anak. ”Kami sudah bicara dengan para tokoh dari berbagai agama. Nanti di masjid, kiai bisa khutbah soal pendidikan anak. Begitu pula di gereja, pendeta bisa menyampaikan materi itu. Para pedanda juga ikut menyampaikan ke umat Hindu,” kata Anas.
Program pendidikan pranikah sampai anak usia emas 5 tahun ini, kata Anas, bisa dikatakan tidak sepopulis seperti program-program lain yang dijalankan Pemkab Banyuwangi, seperti pemberdayaan PKL, pelatihan UMKM, beasiswa, dan pembangunan infrastruktur. ”Tapi ini jadi salah satu fokus utama kami. Hasilnya tidak kelihatan langsung. Ini adalah investasi jangka panjang. Wajah Banyuwangi masa depan, 30 tahun lagi, ditentukan oleh anak-anak ini, karena itu kami ingin golden period anak ini bisa dioptimalkan,” kata Anas.
Dia menambahkan, Pemkab Banyuwangi kini mengoptimalkan Posyandu untuk bisa terintegrasi dengan PAUD. Saat ini sudah ada 275 Taman Posyandu, yaitu Posyandu yang terintegrasi dengan PAUD dan Bina Keluarga Balita. ”Tahun ini Taman Posyandu kami tingkatkan, targetnya 325 Taman Posyandu. Alokasi dana untuk pengembangan PAUD tahun ini Rp 24,7 miliar yang merupakan sinergi pemerintah daerah dan bantuan pusat. Tengah tahun nanti akan kami tambah anggaran itu saat penyusunan APBD Perubahan,” kata Anas. (Humas
Dinilai Berhasil Tingkatkan Kinerja PNS-nya, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Studi Banding ke Banyuwangi
Berbagai prestasi yang diraih Banyuwangi membuat tertarik Badan
Kepegawaian dan Diklat (BKD) Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
untuk datang ke kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini, Rabu
(24/2). Kedatangan mereka terutama menyangkut tentang bagaimana
manajemen Banyuwangi dalam menyelenggarakan diklat, membuat jejaring
kerja dan fasilitas penunjang kediklatan lainnya.
Rombongan diterima langsung Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di pendopo kabupaten, didampingi Kepala BKD Banyuwangi, Sih Wahyudi.
Mengaku banyak mendengar progress Banyuwangi lewat berbagai media massa, Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan BKD Provinsi Kalimantan Timur yang juga ketua rombongan, Anton Progo menyebut Banyuwangi sebagai daerah yang tak mau berhenti berinovasi.
“Didasari rasa penasaran itulah kami ingin mencari tahu, apa saja sih yang dilakukan Pemkab Banyuwangi ini untuk meningkatkan kinerja PNS-nya. Kok inovasi yang diciptakan ada saja. Apakah rahasianya PNS harus mengikuti diklat yang dikemas khusus, ataukah ada kebijakan lainnya,”ujar Anton.
Bupati Anas yang menyambut baik kedatangan rombongan tersebut tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menceritakan capaian-capaian apa saja yang telah diraih Banyuwangi. Mulai dari kota yang dipandang sebelah mata hingga menjadi kota yang diperhitungkan di kancah nasional. Mulai soal kemiskinan dan upaya pengentasannya, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi, dibangunnya infrastruktur bandara, hingga pelayanan publik.
Khusus untuk mempersiapkan PNS supaya memiliki etos kerja yang tinggi dan penuh inovasi, Bupati Anas mengatakan, pemkab punya cara tersendiri untuk menciptakan hal itu. Antara lain melalui diklat. “Saya menganggap diklat merupakan alat yang istimewa untuk mendukung dan mengembangkan produktifitas kerja di setiap satker. Dan saya selalu menekankan, janganlah diklat ini hanya sebagai rutinitas untuk mendukung kenaikan pangkat. Percuma saja kalau outputnya hanya itu. Karena itu BKD terus mengembangkan pola-pola baru dalam penyelenggaraan diklat,” kata Anas.
Selain diklat, lanjut Anas, saat perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), pemkab mensyaratkan para pelamar CPNS harus memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,5. “Kami sudah dua kali merekrut CPNS dengan metode ini dan terbukti dampaknya cukup signifikan. Seperti peningkatan kinerja dan percepatan birokrasi. Ini merupakan langkah reformasi yang kami lakukan, sebab tantangan ke depan semakin berat dan membutuhkan SDM yang berkualitas,” tandasnya.
Anas menambahkan, apa yang dilakukan pemkab merupakan langkah untuk menyelamatkan SDM. “Reformasi birokrasi itu penting. Kita punya potensi daerah yang hebat, akan sia-sia bila tidak diikuti dengan SDM yang mumpuni pula. Sekali kita salah rekrut, negara akan rugi bertahun-tahun karena hanya membayar orang yang ‘tidur’,” tuturnya.
<span 1.6em;"="">Mendengar paparan tersebut, Anton Progo yang datang bersama 60 orang anggota rombongan mengatakan, tak salah jika pihaknya memilih Banyuwangi sebagai lokus untuk belajar.
“Apa yang dilakukan Banyuwangi ini luar biasa. Kami ingin mengkomparasikan apa yang telah kami miliki dan apa yang dimiliki Banyuwangi. Yang masih kurang sempurna di tempat kami, akan kami benahi usai studi banding ini,” tutur Anton yang akan berada di Banyuwangi selama 4 hari khusus untuk mencari tahu strategi Pemkab Banyuwangi dalam meningkatkan kualitas dan kinerja PNS-nya. Anton dan rombongan bahkan berencana untuk menyempatkan diri malam nanti untuk berkunjung ke salah satu destinasi wisata Banyuwangi yang sudah tersohor hingga manca negara, yakni Kawah Ijen.
“Mumpung ada disini, kami tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk bisa melihat dari dekat blue fire-nya Kawah Ijen yang sangat terkenal itu,” pungkasnya. (Humas & Protokol)
Rombongan diterima langsung Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di pendopo kabupaten, didampingi Kepala BKD Banyuwangi, Sih Wahyudi.
Mengaku banyak mendengar progress Banyuwangi lewat berbagai media massa, Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan BKD Provinsi Kalimantan Timur yang juga ketua rombongan, Anton Progo menyebut Banyuwangi sebagai daerah yang tak mau berhenti berinovasi.
“Didasari rasa penasaran itulah kami ingin mencari tahu, apa saja sih yang dilakukan Pemkab Banyuwangi ini untuk meningkatkan kinerja PNS-nya. Kok inovasi yang diciptakan ada saja. Apakah rahasianya PNS harus mengikuti diklat yang dikemas khusus, ataukah ada kebijakan lainnya,”ujar Anton.
Bupati Anas yang menyambut baik kedatangan rombongan tersebut tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menceritakan capaian-capaian apa saja yang telah diraih Banyuwangi. Mulai dari kota yang dipandang sebelah mata hingga menjadi kota yang diperhitungkan di kancah nasional. Mulai soal kemiskinan dan upaya pengentasannya, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi, dibangunnya infrastruktur bandara, hingga pelayanan publik.
Khusus untuk mempersiapkan PNS supaya memiliki etos kerja yang tinggi dan penuh inovasi, Bupati Anas mengatakan, pemkab punya cara tersendiri untuk menciptakan hal itu. Antara lain melalui diklat. “Saya menganggap diklat merupakan alat yang istimewa untuk mendukung dan mengembangkan produktifitas kerja di setiap satker. Dan saya selalu menekankan, janganlah diklat ini hanya sebagai rutinitas untuk mendukung kenaikan pangkat. Percuma saja kalau outputnya hanya itu. Karena itu BKD terus mengembangkan pola-pola baru dalam penyelenggaraan diklat,” kata Anas.
Selain diklat, lanjut Anas, saat perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), pemkab mensyaratkan para pelamar CPNS harus memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,5. “Kami sudah dua kali merekrut CPNS dengan metode ini dan terbukti dampaknya cukup signifikan. Seperti peningkatan kinerja dan percepatan birokrasi. Ini merupakan langkah reformasi yang kami lakukan, sebab tantangan ke depan semakin berat dan membutuhkan SDM yang berkualitas,” tandasnya.
Anas menambahkan, apa yang dilakukan pemkab merupakan langkah untuk menyelamatkan SDM. “Reformasi birokrasi itu penting. Kita punya potensi daerah yang hebat, akan sia-sia bila tidak diikuti dengan SDM yang mumpuni pula. Sekali kita salah rekrut, negara akan rugi bertahun-tahun karena hanya membayar orang yang ‘tidur’,” tuturnya.
<span 1.6em;"="">Mendengar paparan tersebut, Anton Progo yang datang bersama 60 orang anggota rombongan mengatakan, tak salah jika pihaknya memilih Banyuwangi sebagai lokus untuk belajar.
“Apa yang dilakukan Banyuwangi ini luar biasa. Kami ingin mengkomparasikan apa yang telah kami miliki dan apa yang dimiliki Banyuwangi. Yang masih kurang sempurna di tempat kami, akan kami benahi usai studi banding ini,” tutur Anton yang akan berada di Banyuwangi selama 4 hari khusus untuk mencari tahu strategi Pemkab Banyuwangi dalam meningkatkan kualitas dan kinerja PNS-nya. Anton dan rombongan bahkan berencana untuk menyempatkan diri malam nanti untuk berkunjung ke salah satu destinasi wisata Banyuwangi yang sudah tersohor hingga manca negara, yakni Kawah Ijen.
“Mumpung ada disini, kami tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk bisa melihat dari dekat blue fire-nya Kawah Ijen yang sangat terkenal itu,” pungkasnya. (Humas & Protokol)
Langganan:
Postingan (Atom)