Berbagai keberhasilan yang telah dicapai Kabupaten
Banyuwangi menjadikan daerah di ujung paling timur Pulau Jawa ini
jujugan daerah lain yang ingin belajar. Sebanyak 50 orang dari satuan
kerja Kabupaten Madiun berkunjung ke Bumi Blambangan ini, Rabu (24/2),
untuk mempelajari lebih jauh bagaimana Banyuwangi mengelola keuangan
desa.
Ketua rombongan sekaligus Asisten I Kabupaten Madiun, Wahyuwono
Widoyo Edy, mengatakan pihaknya mendengar bahwa Banyuwangi sudah kian
baik dalam pengelolaan dana desanya, baik sistem maupun implementasinya.
“Atas dasar itu, kami datang kemari untuk menggali bagaimana
kiat-kiat Banyuwangi mengembangkan dan menjalankan sistem pengelolaan
keuangan desa. Sehingga dengan pengelolaan keuangan yang benar,
perbaikan ekonomi desa akan merata. Apalagi, pembangunan desa saat ini
menjadi fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo. Yakni membangun dari
pinggiran,” kata Wahyu di Lounge Pelayanan Publik Pemkab Banyuwangi.
Sementara itu, Asisten Pembangunan dan Kesra Kabupaten Banyuwangi,
Wiyono, menyambut hangat kedatangan rombongan yang terdiri dari Asisten
Sekda, camat, sekretaris camat (sekcam), dan kasi pemerintahan kecamatan
tersebut.
Wiyono menyampaikan untuk penguatan administrasi keuangan desa,
Pemkab Banyuwangi telah merancang manajemen keuangan desa yang bernama e-Village Budgeting (e-VB) dan e-Monitoring System
(e-MS) yakni sebuah sistem pengawasan elektronik. Dua sistem tersebut,
lanjutnya, bertujuan menghindarkan desa dari masalah hukum, dan mampu
memberdayakan masyarakat desa. Tak hanya itu, sistem ini juga
mensinkronkan sumber pendapatan desa dari APBN, APBD Kabupaten dan bagi
hasil pajak, serta retribusi daerah.
“e-VB merupakan sistem keuangan desa seperti Sistem Informasi
Keuangan Daerah (SIKD), tapi berlaku untuk desa dan terhubung langsung
dengan BPM-PD dan BAPPEDA,” beber Wiyono.
Jadi, tuturnya, apabila ada bantuan dari kabupaten ke desa, nanti
akan langsung terpantau secara online, dan untuk mengaksesnya tidak
perlu jauh-jauh datang ke kabupaten, cukup dengan sekali klik saja. Ini
berguna untuk memotong mata rantai keuangan yang panjang dari desa ke
kabupaten.
Sedangkan, e-MS dicontohkan Wiyono, apabila camat tinjau lapang ke
desa untuk melihat perbaikan jalan. Mereka akan mengambil fotonya mulai
dari 0 persen ( kondisi jalan belum diperbaiki) hingga 100 persen (jalan
telah selesai diperbaiki).
“Nantinya hasil foto tersebut akan diunggah dalam google map.
Sehingga kondisi jalan tersebut bisa diketahui khalayak luas, utamanya
pihak-pihak terkait yang mengawasi jalannya proyek tersebut. Ini untuk
menghindari duplikasi bangunan yang di-SPJ-kan double,” kata Wiyono
Mengingat pentingnya e-VB dan e-MS, imbuh Wiyono, pemkab mewajibkan
para kades dan perangkat desa melek information technology (IT). “Sistem
ini penting untuk monitoring. Karena itu perangkat desa harus bisa IT.
Paling tidak, ada tim IT khusus di tiap-tiap desa. Jika sewaktu-waktu
BPK turun ke desa untuk ngecek apakah bansos jalan atau tidak, perangkat
desa bisa mengoperasikannya,” pungkas Wiyono.
Selain Kabupaten Madiun, di waktu yang bersamaan Kota Padang juga
berkunjung ke Banyuwangi untuk belajar tentang optimalisasi penguatan
peran unsur di Sekretariat Daerah untuk melaksakan program pemerintah,
pengelolaan pengadaan barang dan jasa, serta penerapan Sistem Informasi
Perencanaan, Penganggaran dan Laporan (SIMRAL). Sedikitnya ada 11 orang
ikut dalam rombongan yang dipimpin langsung Asisten I Kota Padang,Vidal
Triza. (Humas & Protokol)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar