Ada tantangan besar yang akan dihadapi Banyuwangi ke depan. Tidak
hanya tantangan yang bersifat lokal, namun tantangan dalam skala
nasional, bahkan internasional. Hal ini disampaikan Abdullah Azwar Anas
dalam pidato resmi pertama sebagai bupati Banyuwangi di Pendopo Shaba
Swagata Blambangan, Rabu pagi (24/2).
Di hadapan ribuan elemen masyarakat Banyuwangi, mulai dari Forpimda,
SKPD, Camat dan Kepala Desa se-Banyuwangi yang didampingi oleh istri
masing-masing, serta berbagai unsur lainnya, Anas menguraikan lima
tantangan besar yang akan dihadapi Banyuwangi.
Tantangan pertama yang menjadi sorotan Anas adalah ketimpangan antara
si kaya dan si miskin. Angka disparitas yang terjadi di Indonesia cukup
mencolok. Anas mengutip presentase penguasaan kekayaan di Indonesia
yang 60 persennya hanya dikuasai oleh satu persen penduduk saja. “60
persen kekayaan di Indonesia ini hanya dikuasai oleh satu persen orang
saja. Sementara yang 40 persen diperebutkan oleh 99 persen penduduk
lainnya. Hal ini termasuk juga di Banyuwangi. Maka ke depannya, harus
kita pecahkan bersama,” papar Anas.
Infrastruktur juga menjadi tantangan yang mendapat perhatian Anas.
Posisi Indonesia yang masih tertinggal dalam persaingan global dengan
beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, menurut Anas,
harus dikejar dengan peningkatan infrastruktur. Pembangunan sarana
transportasi, irigasi, dan akses internet menjadi program prioritas yang
akan dikembangakan Anas. Tidak hanya di kota, namun pembangunan
infrastruktur tersebut , juga harus menyentuh desa-desa terpencil
sekalipun.
Selanjutnya, Anas menjadikan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Menurut Anas, SDM adalah
bekal penting untuk Banyuwangi menghadapi persaingan yang lebih luas.
Oleh karena itu, investasi dalam bidang pendidikan adalah upaya untuk
meningkatkan SDM. “Ada 1,1 Triliyun anggaran yang diinvestasikan
Banyuwangi untuk pendidikan,” ujar Anas.
Anggaran yang hampir mencapai separo dari APBD Kabupaten Banyuwangi
tersebut adalah untuk mendukung penduduk Banyuwangi mendapatkan
pendidikan yang baik. “Kami memberikan beasiswa Banyuwangi cerdas untuk
para mahasiswa miskin dan pintar. Ke depan, kami juga akan memberikan
beasiswa untuk pelajar difabel,” ungkap Anas.
Selain itu, dalam pengembangan SDM , Anas juga menyiapakan program
Banyuwangi Emas. Di mana dalam program tersebut, Anas memberikan
perhatian dalam menyiapkan generasi emas Banyuwangi. Pendidikan pra
nikah, pendidikan ibu hamil, parenting, bahkan sampai PAUD akan menjadi
perhatian dalam program Banyuwangi Emas.
Meningkatnya penggunaan narkoba juga menjadi tantangan yang akan
dihadapi oleh Banyuwangi. Anas berkomitmen untuk melakukan perlawanan
terhadap tindak penyalahgunaan Narkoba. Ia tidak akan mentolerir pejabat
birokrasi yang kedapatan menggunakan narkoba. Dalam perlawanan
menghadapi Narkoba itu, Anas juga mengapresiasi kinerja kepolisian dalam
menanggulangi Narkoba dan menindak tegas anggotanya yang menggunakan
obat-obat terlarang tersebut.
Bidang kebudayaan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi
Banyuwangi. Anas mengingatkan, kebudayaan tidak semata bentuk kesenian
dengan beragam bentuknya, akan tetapi kebudayaan adalah sebuah sistem
dan tradisi yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. “Kebudayaan
tidak hanya tari, nyanyian atau festival, tetapi, mengutip pendapat
Koentjoroningrat, kebudayaan adalah sistem, tradisi yang menyeluruh
dalam kehidupan masyarakat,” ujar Anas.
Oleh karena itu, Anas mengingatkan kepada semua masyarakat Banyuwangi
untuk dapat beradaptasi dalam tiap perkembangan budaya global. Tentu,
dengan tidak tercerabut dengan akar budayanya masing-masing. (Humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar