Rabu, 24 Februari 2016

Pidato Pertama, Bupati Anas Urai Tantangan Banyuwangi ke Depan

Ada tantangan besar yang akan dihadapi Banyuwangi ke depan. Tidak hanya tantangan yang bersifat lokal, namun tantangan dalam skala nasional, bahkan internasional. Hal ini disampaikan Abdullah Azwar Anas dalam pidato resmi pertama sebagai bupati Banyuwangi di Pendopo Shaba Swagata Blambangan, Rabu pagi (24/2).
Di hadapan ribuan elemen masyarakat Banyuwangi, mulai dari Forpimda, SKPD, Camat dan Kepala Desa se-Banyuwangi yang didampingi oleh istri masing-masing, serta berbagai unsur lainnya, Anas menguraikan lima tantangan besar yang akan dihadapi Banyuwangi.
Tantangan pertama yang menjadi sorotan Anas adalah ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Angka disparitas yang terjadi di Indonesia cukup mencolok. Anas mengutip presentase penguasaan kekayaan di Indonesia yang 60 persennya hanya dikuasai oleh satu persen penduduk saja. “60 persen kekayaan di Indonesia ini hanya dikuasai oleh satu persen orang saja. Sementara yang 40 persen diperebutkan oleh 99 persen penduduk lainnya. Hal ini termasuk juga di Banyuwangi. Maka ke depannya, harus kita pecahkan bersama,” papar Anas.
Infrastruktur juga menjadi tantangan yang mendapat perhatian Anas. Posisi Indonesia yang masih tertinggal dalam persaingan global dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura,  menurut Anas, harus dikejar dengan peningkatan infrastruktur. Pembangunan sarana transportasi, irigasi, dan akses internet menjadi program prioritas yang akan dikembangakan Anas. Tidak hanya di kota, namun pembangunan infrastruktur tersebut , juga harus menyentuh desa-desa terpencil sekalipun.
Selanjutnya, Anas menjadikan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tantangan yang harus diselesaikan. Menurut Anas, SDM adalah bekal penting untuk Banyuwangi menghadapi persaingan yang lebih luas. Oleh karena itu, investasi dalam bidang pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan SDM. “Ada 1,1 Triliyun anggaran yang diinvestasikan Banyuwangi untuk pendidikan,” ujar Anas.
Anggaran yang hampir mencapai separo dari APBD Kabupaten Banyuwangi tersebut adalah untuk mendukung penduduk Banyuwangi mendapatkan pendidikan yang baik. “Kami memberikan beasiswa Banyuwangi cerdas untuk para mahasiswa miskin dan pintar. Ke depan, kami juga akan memberikan beasiswa untuk pelajar difabel,” ungkap Anas.
Selain itu, dalam pengembangan SDM , Anas juga menyiapakan program Banyuwangi Emas. Di mana dalam program tersebut, Anas memberikan perhatian dalam menyiapkan generasi emas Banyuwangi. Pendidikan pra nikah, pendidikan ibu hamil, parenting, bahkan sampai PAUD akan menjadi perhatian dalam program Banyuwangi Emas.
Meningkatnya penggunaan narkoba juga menjadi tantangan yang akan dihadapi oleh Banyuwangi. Anas berkomitmen untuk melakukan perlawanan terhadap tindak penyalahgunaan Narkoba. Ia tidak akan mentolerir pejabat birokrasi yang kedapatan menggunakan narkoba. Dalam perlawanan menghadapi Narkoba itu, Anas juga mengapresiasi kinerja kepolisian dalam menanggulangi Narkoba dan menindak tegas anggotanya yang menggunakan obat-obat terlarang tersebut.
Bidang kebudayaan juga menjadi tantangan yang harus dihadapi Banyuwangi. Anas mengingatkan, kebudayaan tidak semata bentuk kesenian dengan beragam bentuknya, akan tetapi kebudayaan adalah sebuah sistem dan tradisi yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat. “Kebudayaan tidak hanya tari, nyanyian atau festival, tetapi, mengutip pendapat Koentjoroningrat, kebudayaan adalah sistem, tradisi yang menyeluruh dalam kehidupan masyarakat,” ujar Anas.
Oleh karena itu, Anas mengingatkan kepada semua masyarakat Banyuwangi untuk dapat beradaptasi dalam tiap perkembangan budaya global. Tentu, dengan tidak tercerabut dengan akar budayanya masing-masing. (Humas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar