Jumat, 18 Maret 2016

Banyuwangi Ekspor Olahan Rumput Laut ke Malaysia dan Taiwan

Komoditas rumput laut mulai menjadi komoditas unggulan Banyuwangi di bidang hasil budidaya laut. Tidak hanya menghasilkan rumput laut mentah, kini Banyuwangi  telah mampu meningkatkan nilai produk dengan mengekspor olahan rumput laut ke Malaysia dan Taiwan.

Salah satu pelaku ekspor olahan rumput laut adalah Didik (37). Dia menuturkan, pengiriman rumput laut olahan dilakukannya setiap minggu sebanyak 2 ton. Harga yang didapatkannya Rp 12 ribu per kilogram. Berarti Didik memiliki omzet Rp 24 juta setiap minggu atau Rp 96 juta perbulan.
“Harga rumput laut olahan jauh lebih tinggi dari pada harga rumput laut basah. Namun untuk mengolah rumput laut memang membutuhkan proses yang tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” kata Didik.
Rumpul laut olahan Didik lebih tepat jika dikatakan bahan setengah jadi karena di negara tujuan, komoditas ini masih akan diolah lagi oleh konsumennya sebagai bahan membuat lauk pauk seperti sayur. Rumput laut olahan Didik merupakan rumput laut basah yang diproses hingga menghasilkan rumput laut kering berwarna hijau. “Warna hijau ini alami. Hasil perendaman rumput laut dengan air kapur,” ungkap Didik.
Prosesnya, sambung Didik, rumput laut segar yang dibelinya dari petani, direndam dengan air kapur dan garam dalam komposisi tertentu. Nantinya rumput laut akan berubah warna dari putih menjadi hijau. Setelah itu rumput laut dikeringkan dengan cara di oven. Hasil proses inilah yang kemudian di ekspor. Untuk mendapatkan satu kilogram rumput laut kering membutuhkan 6 kilogram rumput laut basah.
“Pengiriman rumput laut olahan ini peluangnya masih sangat lebar, masih bisa untuk dikembangkan karena di negara tujuan rumput laut ini menjadi bahan lauk pauk yang dipakai sehari-hari oleh rumah tangga, bahkan saya belum bisa memenuhi permintaan rumput laut warna pink yang perendamannya menggunkan tawas,“ cetus Didik.
Didik mengatakan saat ini masih mengekspor rumput laut melalui salah satu pengusaha di Surabaya. Dia pun berharap bisa mendapatkan jalan untuk melakukan ekspor secara langsung ke negara tujuan. Karena dengan begitu akan semakin terbuka lebar kesempatan ekspor bagi pihak lainnya.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan rumput laut olahan ini menjadi salah satu cara untuk mensiasati peraturan menteri yang melarang ekspor bahan mentah. Saat ini harga rumput laut memang sedang turun seiring dengan pemberlakuan larangan ekspor tersebut. Jika dulu per kilogramnya harga rumput laut Rp1500 sekarang ditingkat petani hanya Rp. 700 – Rp 900. “Stok rumput laut di gudang perusahaan-perusahaan besar masih menumpuk hingga serapan terhadap rumput laut petani jadi lambat yang mengakibatkan harga jatuh. Oleh karena itu, harus didorong produk olahannya,” kata Anas.
Untuk itu Pemkab berupaya mendorong agar petani rumput laut bisa mendapatkan nilai jual terbaik. Salah satunya pemerintah daerah akan menggandeng pemerintah provinsi untuk mendorong terbukanya pasar ekspor bagi bahan baku rumput laut setengah jadi. “Sambil kami mengedukasi petani rumput laut agar memiliki kapasitas untuk meningkatkan nilai jual komoditasnya,” pungkas Anas. (humas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar