Kamis, 03 Maret 2016

Beras Organik Banyuwangi Tersertifikasi Resmi Bebas Bahan Kimia

Banyuwangi terus berkomitmen meningkatkan pertanian organiknya. Setiap tahun, Pemkab Banyuwangi membina kelompok tani (poktan) untuk mengembangkan lahan organik untuk meningkatkan kualitas produk pertaniannya. Salah satunya, poktan Sumber Urip dari Desa Watukebo, Rogojampi mendapatkan sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (LeSOS) sebagai produsen beras organik.
LeSOS adalah salah satu lembaga sertifikasi pertama di Indonesia yang berhak melakukan investigasi, mengeluarkan sertifikat dan label organik untuk berbagai macam produk organik, petani dan kelompok tani, koperasi, perusahaan, dan lain-lain yang telah memenuhi persayaratan.
“Menurut lembaga ini kelompok Sumber Urip secara legal dan konsisten telah memenuhi persyaratan dalam memproduksi padi organik.  Ini pencapaian yang membanggakan bagi Banyuwangi yang tengah getol mengembangkan pertanian organik,” ujar Kepala Dinas Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Banyuwangi Ikrori Hudanto,
Lembaga sertifikasi swasta ini, imbuh dia, menyatakan bahwa beras yang diproduksi oleh Kelompok Tani Sumber Urip, aman konsumsi. Bebas pestisida dan pupuk kimia berdasarkan pedoman SNI 67259-2013 dan Dokumen Internal Control System (ICS).
Lahan pertanian yang dikembangkan poktan Sumber Urip ini mencapai 10 hektar. Padi yang ditanam pun jenisnya bermacam-macam, di antaranya padi hitam, situgendit, ciherang, towuti, IR 64. Selain juga ditanam palawija jagung, kedelai, kacang tanah dan padi kacang hijau. Kapasitas produksinya, mencapai 97 -9 ton per hektar.
“Produktivitasnya naik signifikan. Sebelum menerapkan sistem ini, produktivitas padi di lahan pertanian Sumber Urip hanya 5,5 ton per hektar. Setelah menerapkan pertanian organik, produktivitas nya meningkat hingga mencapai 7 – 9 Ton per  Hektar,” ujar Ikrori.
Menurut Ikhrori, hal ini sangat menguntungkan petani. Selain produksinya yang meningkat, harga beras organik di pasaran pun lebih tinggi. " Ini sangat laris dan dicari masyarakat. Cukup baik harganya, per kilogram bisa dijual Rp 12 ribu. Penetapan harganya juga setelah mendapatkan Sertifikat Prima 3 dari UPT Pelayanan Perizinan Terpadu, Badan Penanaman Modal, Jawa Timur," jelas Ikhrori. 
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Sumber Urip, Moch Suyadi mengatakan penggunaan sistem pertanian organik ini telah dirintis sejak lima tahun lalu. Suyadi yakin, dengan menggunakan pupuk dan bahan organik dalam lahannya, akan menghasilkan produk pertanian yang berkualitas.
“Sejak 2010, anggota poktan kami berkomitmen tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia dalam budidaya padi. Kami lebih memilih menggunakan agensi hayati untuk pengendalian hama penyakit. Kami pun sejak itu bahu membahu untuk mewujudkannya,” ujar Suyadi.
Selain itu, lanjut dia, pemicu tekadnya untuk mewujudkan pertanian organik adalah bantuan pemerintah kepada poktan ini. Mulai dari Chopper kecil untuk pembuatan pupuk organic sebanyak 6 unit. Rice Transplanter (alat tanam padi) 2 Unit. Combine harvester 1 uni, Hand tractor 3 unit, Pompa air 2 Unit, Paddy mower 10 unit dan Power thresher 8 unit
Suyadi pun sempat menceritakan upayanya memperoleh pengakuan berasnya organik. Untuk mendapatkan Sertifikat Organik ini bukan perkara yang mudah. "Kami harus melewati proses penilaian selama 1 tahun untuk mendapatkan sertifikasi organik resmi ini. Pada tahap awal, diadakan penilaian tentang proses penanaman padi hingga pengambilan sampel lahan untuk memastikan lahan bebas bahan kimia," jelas Suyadi.
Sementara itu, Ikhrori menambahkan untuk meningkatkan stock beras organik, pemerintah akan melakukan perluasan areal budidaya pertanian organik. Saat ini telah ada 70  hektar areal persawahan organik di Banyuwangi. Selama tiga tahun terakhir ini, perkembangannya sangat pesat. Awalnya Cuma ada 5 hektar, sekarang sudah 70 hektar. Tahun 2012 lahan pertanian 5 hektar, tahun 2016 70 hektar.
Seiring perkembangannya, lanjut dia, pemkab telah memberikan sarana dan prasana tekonlogi pertanian, termasuk pemberian pupuk dan peptisida organik. Pemberian alat APPO serta membuka sekolah lapang bagi para petani.
“Kami pun berencana akan memfasiltasi pembentukan asosiasi produsen beras organik serta membantu memperluas jaringan pemasaran. (Humas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar