Terkait tragedi KMP Rafelia II, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas
segera meminta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) turun ke
Banyuwangi. KNKT diminta segera menemukan penyebab tenggelamnya KMP
tersebut di perairan Selat Bali.
Hal itu dilontarkan Bupati Anas usai melakukan rapat koordinasi
ternggelamnya kapal yang melayani rute pelayaran Gilimanuk - Ketapang,
Jumat (4/5). Menurut Anas, KNKT harus segera turun untuk mencari sebab
musabab tenggelamnya kapal.
"Saya harap besok pagi (Sabtu 5/3) KNKT sudah hadir Banyuwangi. KNKT
kami harap segera lakukan penyelidikan dan investigasi penyebab kapal
ini tenggelam. Ini untuk segera menyudahi spekulasi sebab musababnya,"
kata Anas.
Penyebab tenggelamnya kapal ini memang belum diketahui dengan pasti.
Dugaan yang beredar, kapal milik perusahaan pelayaran PT Darma Bahari
Utama ini tenggelam akibat mengalami kebocoran.
"Kami belum bisa mengetahui apa penyebab pastinya. Masih butuh
investigasi lebih lanjut dari pihak yang lebih berwenang, semisal KNKT,"
kata GM ASDP ketapang Banyuwangi, M Yusuf Hadi yang saat itu turut
hadir dalam rakor tersebut.
Kehadiran KNKT ini menurut Anas sangat mendesak lantaran semua calon
penumpang pengguna transportasi laut membutuhkan kepastian
keselamatannya. Mengingat, jalur Ketapang - Gilimanuk dan sebaliknya ini
tergolong rute pelayaran padat.
"Rekomendasi KNKT ini sangat penting dan mendesak. Semua calon penumpang
pasti ingin tahu penyebab kapal tenggelam ini, apalagi kita tahu arus
Selat Bali ini tergolong kuat. Pasti mereka butuh kepastian akan
keselamatannya," ujar Anas.
Selain meminta KNKT segera melakukan penyelidikan, Anas juga meminta
agar otoritas kepelabuhan lebih tegas menegakkan aturan tentang tonase
dan maksimum kapasitas penumpang. Karena data jumlah penumpang yang
menjadi korban yang dimiliki Syahbandar Gilimanuk dengan hasil pendataan
Posko Korban KMP Reavelia berbeda.
"Simpang siurnya kepastian jumlah korban implisit membuktikan aturan
tentang tonase indikasi dilanggar. Untuk itu, kami minta aturan semacam
ini lebih diperketat. Bukan hanya maksimum kapasitas saat di pelabuhan,
namun jembatan timbang juga harus ambil sikap. Jangan sekedar ditilang,
namun beri sanksi lain yang lebih tegas," ujar Anas.
Penumpang yang dinyatakan hilang sekarang ada 5 orang. Selain nahkoda,
mualim I, serta seorang ibu dan bayinya, terdapat satu orang sopir
truk.
"Setelah rakor tadi, ternyata ada laporan masuk dari penumpang lain yang
menyatakan sopir salah satu truk yang sekapal dalam pelayaran tadi
ternyata belum diketahui kabarnya," pungkas Anas.
Mengacu pada laporan penumpang tersebut, data yang dikeluarkan Posoko
penyelamatan KMP Rafelia II meningkat menjadi 81 orang. (Humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar