Selasa, 29 Maret 2016

Gunung Ijen Banyuwangi Masuk Jaringan Cagar Biosfer Dunia

Taman Wisata Alam Gunung Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi ditetapkan sebagai jaringan Cagar Biosfer dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Budaya Perserikatan Bangsa-bangsa (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization/UNESCO). 
Penetapan ini dilakukan pada sidang International Coordinating Council (ICC) Program MAB (Man and The Biosphere) UNESCO ke28 di Kota Lima, Peru, 18-20 Maret 2016 lalu.
VIDEO = https://www.youtube.com/watch?v=ApJvEb7wN_I
Kedua situs hayati ini tergabung dalam Cagar Biosfer Blambangan bersama dengan TN Meru Betiri dan TN Baluran yang letaknya juga beririsan dengan Banyuwangi. Cagar Biosfer  (Biosphere Reserves) merupakan situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerja sama program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Direktur Eksekutif  Komite Nasional Program MAB-UNESCO LIPI Indonesia Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto  mengatakan, Cagar Biosfer Blambangan sebelumnya diusulkan menjadi bagian dari jaringan Cagar Biosfer dunia pada 2015 lalu.
“Penetapan ini menunjukkan komitmen Indonesia, terutama daerah akan pentingnya upaya perlindungan sumber daya alam dan lingkungannya dalam kerangka pembangunan berkelanjutan,” kata Purwanto melalui keterangan lewat jaringan elektronik dari Lima, Peru, Selasa (22/3).
Purwanto melanjutkan, Cagar Biosfer Blambangan terpilih karena mampu memenuhi syarat sebagai bagian jaringan cagar biosfer dunia. “Di antaranya memiliki keunikan baik keanekaragaman hayati maupun budaya masyarakat lokalnya,” tutur Purwanto.
Dengan menjadi cagar Biosfer ada beberapa keuntungan yang didapatkan. Pertama, keuntungan ekologi di mana sumberdaya alam hayati dan budaya di dalam cagar biosfer terlindungi dan terkelola dengan baik.
“Selain itu keuntungan ekonomi di mana pengelolaan wilayah sekitar akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat sekitar. Serta keuntungan sosial budaya dan capacity building untuk pengembangan ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Cagar Biosfer Blambangan meliputi kawasan seluas 678.947,36 Ha yang terbagi ke dalam 3 zona yaitu area inti seluas 127.855,62 Ha yang meliputi 4 kawasan konservasi terdiri atas 3 Taman Nasional (TN Alas Purwo, TN Baluran, dan TN Meru Betiri) dan satu Cagar Alam Kawah Ijen;  zona penyangga seluas 230.277,4 Ha; dan area transisi (320.814.34 Ha).
“Ini juga akan menjadi promosi yang strategis bagi daerah karena ada 120 negara yang  menjadi anggota MAB-UNESCO yang setiap tahunnya melakukan pertemuan dan sharing tentang cagar budaya biosfer,” imbuh Purwanto. Konsep cagar biosfer sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak 1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 669 kawasan di 120 negara di dunia.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik ditetapkannya Cagar Biosfer Blambangan ke dalam jaringan Cagar Biosfer Dunia. Hal ini menjadi nilai tambah bagi Banyuwangi yang mengangkat konsep ekoturisme (ecotourism) dalam pengembangan pariwisata.
“Program Cagar Biosfer selaras dengan komitmen kami dalam mengusung konsep pengembangan wisata yang menyuguhkan keindahan lingkungan. Ini juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” imbuh Anas.
Pemkab Banyuwangi sendiri memiliki sejumlah program menjaga kelestarian alamnya, seperti Sedekah Oksigen.  Lewat gerakan ini Pemkab Banyuwangi telah melakukan gerakan penanaman pohon secara masif dan pengembangan hayati di seluruh Banyuwangi. (humas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar