Taman Wisata Alam Gunung Ijen dan Taman Nasional Alas Purwo di
Kabupaten Banyuwangi ditetapkan sebagai jaringan Cagar Biosfer dunia
oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Budaya Perserikatan
Bangsa-bangsa (The United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization/UNESCO).
Penetapan ini dilakukan pada sidang International Coordinating
Council (ICC) Program MAB (Man and The Biosphere) UNESCO ke28 di Kota
Lima, Peru, 18-20 Maret 2016 lalu.
VIDEO = https://www.youtube.com/watch?v=ApJvEb7wN_I
Kedua situs hayati ini tergabung dalam Cagar Biosfer Blambangan
bersama dengan TN Meru Betiri dan TN Baluran yang letaknya juga
beririsan dengan Banyuwangi. Cagar Biosfer (Biosphere
Reserves) merupakan situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui
kerja sama program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi
keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.
Direktur Eksekutif Komite Nasional Program MAB-UNESCO LIPI Indonesia
Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto mengatakan, Cagar Biosfer Blambangan
sebelumnya diusulkan menjadi bagian dari jaringan Cagar Biosfer dunia
pada 2015 lalu.
“Penetapan ini menunjukkan komitmen Indonesia, terutama daerah akan
pentingnya upaya perlindungan sumber daya alam dan lingkungannya dalam
kerangka pembangunan berkelanjutan,” kata Purwanto melalui keterangan
lewat jaringan elektronik dari Lima, Peru, Selasa (22/3).
Purwanto melanjutkan, Cagar Biosfer Blambangan terpilih karena mampu
memenuhi syarat sebagai bagian jaringan cagar biosfer dunia. “Di
antaranya memiliki keunikan baik keanekaragaman hayati maupun budaya
masyarakat lokalnya,” tutur Purwanto.
Dengan menjadi cagar Biosfer ada beberapa keuntungan yang didapatkan.
Pertama, keuntungan ekologi di mana sumberdaya alam hayati dan budaya
di dalam cagar biosfer terlindungi dan terkelola dengan baik.
“Selain itu keuntungan ekonomi di mana pengelolaan wilayah sekitar
akan dikembangkan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat
sekitar. Serta keuntungan sosial budaya dan capacity building untuk
pengembangan ilmu pengetahuan,” ujarnya.
Cagar Biosfer Blambangan meliputi kawasan seluas 678.947,36 Ha yang
terbagi ke dalam 3 zona yaitu area inti seluas 127.855,62 Ha yang
meliputi 4 kawasan konservasi terdiri atas 3 Taman Nasional (TN Alas
Purwo, TN Baluran, dan TN Meru Betiri) dan satu Cagar Alam Kawah Ijen;
zona penyangga seluas 230.277,4 Ha; dan area transisi (320.814.34 Ha).
“Ini juga akan menjadi promosi yang strategis bagi daerah karena ada
120 negara yang menjadi anggota MAB-UNESCO yang setiap tahunnya
melakukan pertemuan dan sharing tentang cagar budaya biosfer,” imbuh
Purwanto. Konsep cagar biosfer sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak
1971 dan hingga saat ini jumlahnya mencapai 669 kawasan di 120 negara di
dunia.
Sementara itu Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyambut baik
ditetapkannya Cagar Biosfer Blambangan ke dalam jaringan Cagar Biosfer
Dunia. Hal ini menjadi nilai tambah bagi Banyuwangi yang mengangkat
konsep ekoturisme (ecotourism) dalam pengembangan pariwisata.
“Program Cagar Biosfer selaras dengan komitmen kami dalam mengusung
konsep pengembangan wisata yang menyuguhkan keindahan lingkungan. Ini
juga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” imbuh Anas.
Pemkab Banyuwangi sendiri memiliki sejumlah program menjaga
kelestarian alamnya, seperti Sedekah Oksigen. Lewat gerakan ini Pemkab
Banyuwangi telah melakukan gerakan penanaman pohon secara masif dan
pengembangan hayati di seluruh Banyuwangi. (humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar