Adinda Lisa (12 tahun), terlihat semangat dan berani saat memperagakan
busana yang dikenakannya dalam Green and Recycle Fashion yang digelar di
amphitheatre Pantai Boom, Banyuwangi, Minggu (20/3).
VIDEO = https://www.youtube.com/watch?v=jhtBquCJeM8
Mengenakan busana warna hijau disertai gerakannya yang luwes khas
anak-anak, Adinda cukup berhasil membuat beberapa pengunjung yang hadir
terpukau dan terhibur dengan tema bajunya, Batik dalam Daur Ulang.
Busana yang digunakan pun terlihat unik dan menarik, karena terbuat dari
bahan daur ulang sampah plastik. Begitu juga dengan aksesoris lainnya
seperti anting, dan tas, semuanya hasil kreasi dari sampah plastik.
Adinda bersama 190 peserta lainnya secara bergantian menunjukan busana
kreasinya pada lomba peragaan busana dari daur ulang sampah pada event
tahunan Green and Recycle Fashion.
Peragaan busana daur ulang ini merupakan pembuka rangkaian event wisata
tahunan Banyuwangi Festival 2016. Berbagai kreasi dan inovasi yang
menarik ditunjukan oleh peserta yang berusia 5-14 tahun ini saat
berlenggak-lenggok di panggung. Pada tahun ini, lomba digelar 2 sesi,
siang untuk peserta tingkat SD - SMP, sementara peserta SMA dan umum
akan berlangsung malam harinya.
Adinda yang menggunakan baju hasil karya dari gurunya, Sustiani
mengatakan sangat senang ikut berpartisipasi. Sembari bisa tampil di
panggung, dia senang karena ikut terlibat dalam pembuatannya.
"Tiap istirahat dan pulang sekolah selama seminggu, saya bersama Bu Sus
membuat desainnya. Bagian dada ini tas kresek bermotif bunga, simbol
batik Banyuwangi. Sementara rempel baju berwarna hijau karena tema acara
ini kan Green Recycle Fashion," ujar siswa SDN 1 Dasri, Tegalsari ini.
Tahun ini, tema besar yang diangkat adalah mendaur ulang plastik.
"Kreasi mereka harus dominan menampilkan plastik yang telah dikreasi.
Komposisinya dengan bahan pe dukungnya harus 70 : 30," ujar Kepala Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Arief Setyawan sebagai ketua penyelenggara.
Semua peserta pun mengenakan busana yang didominasi terbuat dari sampah
plastik seperti tas kresek, bungkus minuman kopi, sabun cuci, bungkus
cokelat serta ada juga yang menanfaatkan tutup air minum botol.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan acara
ini digelar dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan
sampah. Terutama sampah plastik yang paling susah terurai di alam.
“Lewat event ini ada pembelajaran. Selain kita harus berusaha mengurangi
sampah anorganik, kita pun harus cerdas mengelola sampah. Dengan
memanfaatkan bahan daur ulang dari plastik, kegiatan ini pun bisa
mengurangi volume sampah. Bahkan bisa memiliki nilai lebih karena unik,
karena bisa dibuat berbagai kerajinan seperti baju, tas, vas bunga dan
lainnya,” kata Anas.
Pemkab Banyuwangi terus berkomitmen mengajak masyarakat untuk bijak
terkait masalah sampah. Untuk mengedukasi warga tentang pengurangan
sampah, DKP pada tahun ini menganggarkan pembelian 20 tungku Salikun.
Incinerator sederhana ini, kata Arief, akan di-drop di sejumlah desa
sebagai contoh bagi masyarakat lainnya.
Selain itu, lanjut Arief, sejak empat tahun terakhir di sejumlah sekolah
dasar secara aktif siswanya membawa sampah rumahnya untuk disetorkan ke
bank sampah setiap minggu. "Banyuwangi juga sudah ada komunitas Merdeka
dari Sampah yang terus menunjukkan eksistensinya. Kami pun Februari
lalu menggelar lomba kreasi kerajinan daur ulang bagi anak-anak SD- SMP,
untuk mengasah kreativitas mereka memanfaatkan limbah rumahnya,"
pungkas Arief. (humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar