Banyuwangi terus mendorong kapasitas sumberdaya manusia (SDM)
pariwisatanya. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi meningkatkan
kualitas SDM para pramuwisata dengan menggelar pelatihan yang dilakukan
di Balai Desa Tamansari, Licin Banyuwangi mulai Senin (21/3) selama dua
hari.
Sebanyak 56 guide lokal dari Kecamatan Licin, Songgon, dan Kalipuro,
Kabupaten Banyuwangi dilatih menjadi pramuwisata khusus taman wisata
alam (TWA) Gunung Ijen. Para guide itu tak hanya dibekali pengetahuan
cara mengantar wisatawan mendaki Kawah Gunung Ijen, namun bagaimana
etika menjadi seorang pemandu.
Mereka juga diajari cara berkomunikasi yang luwes dengan turis.
Tatkala Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas secara tidak sengaja
berkunjung ke sana, salah seorang guide langsung menyapa Bupati Anas
dengan Bahasa Prancis layaknya seorang turis.
"Bonjour. Mon nom est Robixs et je peux parler français . Merci,
(selamat pagi, nama saya Robixs, dan saya bisa berbahasa Prancis
sedikit-sedikit. Terimakasih)," kata Robixs.
Rofik "Robixs" adalah salah satu guide di TWA Ijen. Profesi guide
dilakoninya sejak 2010. Kemahirannya dalam berbahasa Prancis diperoleh
secara otodidak, karena terbiasa memandu turis Prancis, yang memang
mendominasi turis asing yang berkunjung ke Kawah Ijen.
Robixs pun menjadikan guide sebagai profesi utamanya. Meski tidak
setiap hari dia mendapatkan pesanan jasa. "Biasanya Januari sampai Maret
gini sepi, paling 3 hari sekali baru ada permintaan. Kalau pas
musimnya, setiap hari saya dapat order dari 3 travel yang jadi langganan
saya," ujar pria asal Desa Tamansari, Licin ini.
Para guide yang memperoleh pembekalan dari DPD Himpunan Pramuwisata
ini juga dilatih berkomunikasi Bahasa Inggris. Mereka pun langsung
mempraktekkan dengan sesama teman tanpa rasa canggung. "Can you explain
to me about Ijen?" "Ijen is volcano with two thousand and four
hundred. You can see blue fire at night"
Melihat para guide itu berinteraksi dalam bahasa asing, Bupati Anas
mengaku sangat senang dan bangga. Karena para guide Gunung Ijen ini
rata-rata awalnya berprofesi sebagai penambang belerang. Seiring
meningkatnya kunjungan wisatawan ke Ijen, maka banyak para penambang
belerang yang dulunya hanya mengandalkan kekuatan fisik, kini memiliki
ketrampian lebih untuk pendapatannya sehari-hari,
"Ini adalah salah satu upaya kami menciptakan SDM yang berkualitas ke
depan. Mereka dilatih agar lebih mahir, dan juga mendapatkan
sertifikasi guide. Ini tentunya juga membuat wisatawan lebih nyaman
karena guidenya resmi," ujar Anas. (humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar